Pages

Ads 468x60px


web widgets

Labels

Featured Posts

Senin, 29 September 2014

LOGO Oi

LOGO Oi 

PROFIL SINGKAT Oi

LOGO Kutai Kartanegara

LOGO Oi Kutai Kartanegara

LOGO Oi Kutai Kartanegara

LOGO

BPKel .Oi Balada Orang Pedalaman

LOGO

LOGO Oi Kutai  Kartanegara

LOGO Oi 

LOGO sopan Oi

Minggu, 22 Juni 2014

Pesona Etnic Nusantara Oleh Sanggar Tari Lanjong

Dalam rangka ikut peduli melestarikan seni dan budaya di Kutai Kartanegara maka pada Jumat malam 20 Juni 2014, Sanggar Tari lanjong ( Shangrila ).pada Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara kembali menggelar pertunjukan bertajuk Pesona Etnik Nusantara yang berlangsung diLadang Budaya Kelurahan Mangkurawang Tenggarong. 

Dimulai pukul 20.00 Wita penonton disuguhkan dengan Tari Jawa yang ditarikan oleh beberapa anak kecil dengan pakain khas jawa memakai belangkon tari ini menceritakan sekelompok gadis cilik dengan kelincahan dan leah gemulainya dalam menarikan tarian dari beberapa daerah seperti jawa, sumatra dengan wajah yang penuh keceriaan dan semangat mereka untuk melestarikan seni di indonesia, kemudian dilanjut dengan Tari Torauke yaitu tari gabungan dari batak, merauke dan papua. Menggelorakan semangat kebersamaan yang amat erat dalam diri anak-anak dengan penata tari yaitu Silvia Nurma Novianti, Tari baris cina yaitu mencakup unsur tari bali gerakannya pencak silat, Tari Payung Tarian ini menunjukkan rasa kebahagiaan dan kasih sayang dalam sebuah pergaulan yang membawakan payung hias dalam gerakan menari atraktif
Sebanyak delapan repertoar tari yang ditampilkan malam itu, baik dari Shangrila maupun undangan dari SDN 028 Tenggarong. Shangrila sendiri menampilkan tarian kreasi seperti tari Baris Cina, Tari Torauke, Tari Payung, Tari Jawa dan tari Bagungan. Sedangkan SDN 028 menampilkan tari Jepen kreasi andalannya dengan tema “Lanjongku Wadah Beaksi”.Pertunjukan malam itu tersusun apik dan dibumbui pertunjukan musik dari La Mustafa yang berkolaborasi dengan Balada Musik Sungsang. Tidak ketinggalan grup musik Akar Rumput juga turut serta menunjukan kebolehannya dalam memainkan komposisi musik. Akar Rumput juga menjadi pemusik latar seluruh penari malam itu.Yang memberikan pembeda, para penari yang ditampilkan ternyata anak-anak kecil yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Terlebih lagi anak-anak SD kelas 1-2, keluguan mereka membuat para penonton tertawa lepas. Seperti kejadian di mana salah satu penari yang topinya terlepas pada saat pertunjukan dan mencoba memperbaiki letak topinya sementara rekan lainnya asyik menari. Tidak bisa memperbaiki letak topinya, dia malah mendatangi ibunya dan tidak melanjutkan pementasannya Suasana semakin rame dan hidup ketika tiba - tiba muncul sang koreo Dhipa Nurshandi menyanyikan lagu Indonesia Pusaka ' ini menggambarkan juga merupakan ajakan yang terkandung dalam pertunjukan tersebut,bahwa sedah sepatutnya kita sebagi warga /generasi penurus bangsa harus mencintai dan melestarikan warisan budaya bangsa agar tidak larut eforia budaya asing .





 
Dian Paramita atau lebih di kenal dengan Dhipa Nurshandi selaku ketua panitia sekaligus Penata Tari pada Shangrila dalam sambutannya mengatakan “Kegiatan ini adalah bentuk salah satu kegiatan rutin sangrila, bagaimana kita melihat progres dari anggota sangrila. Dan menyiapkan regenerasi para penata tari muda. Kita harus berani untuk meluangkan ide serta inspiratif yang kita dapat dalam sebuah bentuk gerakan. Ucapan terima kasih kepada seluruh anak didik saya dan para guru – guru saya yang selalu memberikan motovasi untuk tetap berkarya serta tak lepas peran orang tua yang mendukung anak mereka berkarya disangrila. Juga kepada motivator yang ada dilingkungan saya, serta Oi dan Awindo Kutai Kartanegara  Kalian luar biasa”.
Salam Budaya


Kamis, 17 April 2014

Sejarah Hari Kartini


Habis Gelap Terbitlah Terang

Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang renda
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Kartini & Suami
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Kartini2

 
Blogger Templates